|
|
Sejak kepergian sang ibu, Melly mesti mengambil alih urusan rumah tangga, termasuk mengurus ayah sama Sandy, adiknya. Tidak heran apabila gadis berusia 17 tahun tersebut tumbuh jadi sosok yang perfeksionis. Seragam sekolahnya senantiasa diseterika dengan rapi. Tak hanya itu, rambut pendeknya juga senantiasa tertata tanpa cela.
Melly juga tidak pernah terlambat menepati janji, juga tetap membawa agenda ke mana pun dia pergi. Sesungguhnya Melly pun kepingin tumbuh laksana cewek-cewek lainnya. Akan tetapi dirinya selalu menyibukkan diri mengatur keluarga serta mati-matian belajar, buat menutupi kesedihannya dari kepergian sang ibu. Sementara itu sebagai cewek biasa, Melly membutuhkan cinta serta kasih sayang.
Suatu hari, Bu Wati mengabarkan bahwa pada kelas Melly bakal ada seorang murid baru dengan nama Mario, yang baru pindah dari Italia. Tidak disangka, murid yang dimaksud merupakan sesosok cowok ganteng, berbadan tinggi tegap, berkulit putih, dengan senyum yang manis seperti gula. Tentu saja murid-murid cewek terpekik histeris, serta berebut mencari perhatian.
Rupanya, sikap Mario bukanlah semanis wajahnya. Kecuali cuek, ceroboh, santai, serta rada belagu, cowok ganteng seperti itu pun tukang ngaret. Benar-benar bertolak belakang sama sifat Melly. Alhasil, Melly juga tak peduli sama kehadiran Mario, walaupun seisi sekolah menjodoh-jodohkan dirinya sama Mario.
Melly bertambah kesal karena Mario ternyata bukanlah murid yang gampang dikalahkan. Maklum selain pintar, cowok itu pun berprestasi. Ternyata, di balik sikapnya yang menjengkelkan, Mario memiliki ide-ide kreatif yang cemerlang. Kenyataan itu membuat Melly menjadi semakin kesal kepada Mario.
Suatu pagi, Mario mencegat Melly di gerbang sekolah, dan menanyakan sudah berapa kali gadis itu bolos sekolah. Karena Melly menjawab belum pernah, Mario pun menarik gadis itu masuk ke mobilnya. Semula Melly marah dan menuduh Mario berusaha menculiknya. Namun sambil tertawa, Mario mengatakan kalau hari itu sekolah diliburkan. Mario pun mengajak Melly ke Puncak untuk bersenang-senang.
Di Puncak, Mario dan Melly bermain paralayang, naik kuda, dan makan jagung bakar. Melly merasa bahagia dan bebas, seakan seluruh beban yang selama ini dipikul lepas dari pundaknya. Sewaktu mengantar Melly pulang, Mario mengatakan kalau sebenarnya hari itu mereka tidak libur. Bukannya marah, Melly malah tertawa dan mengucapkan terima kasih. Gadis itu tahu bahwa dengan cara yang unik, Mario telah menyentuh hatinya.
Beberapa hari kemudian, Melly chatting dengan Louis, temannya di Italia. Louis menceritakan bahwa seorang temannya yang bernama Mario dipindahkan oleh orang tuanya ke Indonesia, karena tidak mau bertanggung jawab setelah menghamili pacarnya. Karena penasaran, Melly pun menanyakan ciri-ciri teman Louis yang bernama Mario itu. Lalu Louis pun mengirimkan foto Mario lewat e-mail.
Perlahan di layar laptop Melly muncullah wajah beberapa orang cewek dan cowok yang sedang menghadiri pesta. Louis berdiri paling ujung, mengapit seorang cewek latin yang cantik dengan rambut ikal yang sedang dirangkul seorang cowok... Mario! Melly yang patah hati, kini berusaha menghindar dari Mario.
Bingung dengan perubahan sikap Melly, Mario pun datang ke rumah gadis itu untuk meminta penjelasan. Sementara Melly bertekad menjalankan hidupnya seperti biasa dan mengubur segala kenangan bersama Mario. Melly pergi ke Puncak dan mengulang kembali kenangan bersama Mario untuk terakhir kalinya.
Sewaktu Mario datang menyusul, Melly bergegas kabur. Namun Mario berhasil mencegahnya. Melly pun mengatakan kalau ia tidak ingin Mario mengganggu hidupnya lagi. Setelah itu, Melly pergi meninggalkan Mario yang kebingungan. Saat itulah Mario menemukan foto Louis, yang tercecer dari dalam tas Melly.
Keesokan harinya, Melly menemukan sekuntum mawar dan sepucuk surat di atas mejanya. Dalam surat itu Mario menjelaskan bahwa cewek di dalam foto itu adalah Jenny, mantan pacarnya. Jenny memang hamil di luar nikah, tetapi itu terjadi setelah mereka putus. Jenny memohon Mario kembali dan bertanggung jawab atas bayi tersebut. Namun orang tua Mario menentang dan memindahkan putranya ke Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar