|
|
Tak ada satu juga pemuda yang ada di kawasan Bromo yang tak mengetahui Marni. Maklum, pesona kemolekan Marni mengantarkannya menyandang sebutan menjadi bunga desa. Segenap pemuda mengandrungi Marni, kagak terkecuali Kodir, pegawai honorer kelurahan yang bertugas menjadi juru ketik. Terhadap orang-orang, Kodir bahkan mengaku jikalau Marni merupakan calon istrinya.
Suatu hari hadir salah satu pemuda yang berasal dari Jakarta yang punya nama Suryo. Ketampanan Suryo kontan membikin Marni jatuh hati. Marni pun melangsungkan aksi dengan beraneka ragam alasan klasik untuk mengambil hati Suryo yang tidak lain merupakan anak Pak Lurah.
Memperoleh perhatian yang berasal dari gadis cantik tentu saja tak ada alasan untuk Suryo buat menolak. Lain halnya yang terjadi sama Kadir. Pemuda desa tersebut memandang Suryo jadi batu sandungan untuk dirinya buat memperoleh cinta Marni.
Sementara hal itu Marni kesal sesudah mengetahui jikalau Asih sehari-hari membantu urusan rumah tangga yang ada di rumah Pak Lurah. Tak mau kalah, Marni pun bersegera menghampiri Asih buat menggantikan posisi gadis itu. Karena kesal, Asih langsung mengadukan kelakuan Marni tersebut pada Kodir, serta meyakinkan jikalau hubungan Marni makin dekat sama Suryo.
Kodir yang naik pitam lantas memprovokasi warga buat mengeroyok Suryo. Beruntung Pak Lurah sukses melerai pertikaian itu. Marni pun dituding menjadi biang kerok persoalan yang baru saja terjadi. Melihat sahabatnya dipersalahkan, Asih yang merasa iba kemudian mengaku jikalau dialah yang sesungguhnya sudah mengadu domba. Bagaimana reaksi warga sekeliling terutama Marni?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar