|
|
BAK mendapat durian runtuh, Aulia tidak menyangka akan mendapat sebuah mobil setelah memenangkan sayembara sabun mandi. Lantaran tidak mempunyai uang cukup untuk ongkos ke Jakarta mengambil hadiah tersebut, para warga di kampung tempat tinggal Aulia lalu patungan. Akhirnya dengan bekal uang terkumpul sejumlah Rp 253 ribu, Aulia pun berangkat seorang diri ke Jakarta.
Sesampainya di kantor penyelenggaran sayembara, Aulia harus menghadapi kenyataan kalau mobil yang diidam-idamkan itu ternyata sudah berada di tangan Ivan. Pantang menyerah, Aulia bertekad membawa mobil baru itu ke kampung. Alhasil dengan naik ojek, Aulia mengejar mobil hadiah yang dikemudikan Ivan.
Betapa terkejutnya Ivan setelah mengetahui kalau Aulia ternyata sedari tadi mengikuti dirinya. Usut punya usut, Aulia ternyata malu apabila pulang ke kampung dengan tangan hampa. Atas saran mami Ivan yang merasa iba, akhirnya Ivan mengantar Aulia pulang kampung, dan pura-pura mengaku kalau mobil yang dibawa itu adalah milik Aulia.
Dengan sangat terpaksa, Ivan pun mengikuti saran Mami. Tidak disangka, sepanjang jalan di kampung sudah dipasang baliho dan umbul-umbul untuk menyambut kedatangan Aulia beserta mobil. Apesnya, Ivan disangka sopir kantor yang bertugas mengantar mobil untuk pemenang.
Selanjutnya, Ivan babak belur lantaran harus melayani warga yang kepengen keliling kampung naik mobil baru. Ivan yang kesal berniat kabur dari kampung. Namun beberapa kali kepergok Aulia. Sejak saat itu warga kampung selalu memakai mobil hadiah tersebut untuk segala keperluan seperti mengangkut panen tomat atau mengantar orang sakit.
Jauh di lubuk hati, Aulia sebenarnya malu terhadap Ivan. Namun gadis itu meminta pengertian Ivan agar tidak mengecewakan kedua orangtua Aulia dan warga kampung. Aulia pun membalas kebaikan Ivan dengan membuatkan wedang jahe, memasakkan makanan, dan lain-lain. Akibatnya, pacar Aulia yang bernama Dadang menjadi cemburu. Hingga suatu ketika ibu Aulia merasa ada sesuatu yang aneh perihal perlakuan Aulia kepada Ivan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar